MASJID PENYENGAT (1899) TANJUNG PINANG, RIAU

NEXT : MASJID BAITURAHMAN (1881), BANDA ACEH.

PREF : MASJID LUBUK BAUK, SUMATERA BARAT.




ARSITEKTUR MASJID KUNO BERSEJARAH

MASJID PENYENGAT (1899) TANJUNG PINANG, RIAU

Penyengat adalah sebuah pulau kecil sekitar 2x1 KM persegi luasnya, terletak sekitar 2 KM di seberang tanjung Pinang. Di pulau ini terdapat peninggalan sejarah kesultanan Melayu hingga yang masih berdiri hingga sekarang, peninggaln tersebut berupa masjid yang diberi nama sesuai dengan nama pulau letak masjid ini didirikan yaitu Masjid Penyengat. Hingga abad XIX, pulau penyengat menjadi pusat kebudayaan di wilayah Riau, terutama dalam bidang sastra. Tidak sedikit penyair Melayu terkenal berasal dari sana, antara lain Raja Ali Haji yang terkenal dengan salah satu syairnya Gurindam Duabelas.

Masjid Penyengat didirikan pada tahun 1832, dan didirikan oleh Yang dipertuan Raja Jaafar (1806-1882). Bukti sejarah lainnya banyak terdapat di pulau ini baik berupa bekas istana maupun makam yang hingga sekarang masih dirawat dengan baik oleh penduduk setempat.

Berdasarkan cerita turun temurun, konon arsitek perancang Masjid Penyengat adalah seorang keturunan India yang bermukim di Singapura yang tidak jauh dari Pulau Penyengat. Menurut cerita rakyat, penduduk banyak membantu pembangunan masjid termasuk memberikan makan pada para tukang. Konon pada waktu itu telur mudah di dapat disana, sehingga digunakan untuk campuran perekat pada konstruksi masjid. Warna masjid yang dominan adalah warna kuning, warna keemasan. Dalam tradisi Melayu biasanya warna keemasan diapakai untuk segala sesuatu berkaitan dengan kerajaan atau kesultanan.

Masjid terletak di sebuah pelatarn, mungkin dulu tanah masjid Penyengat ini merupakan bukit yang diratakan. Tinggi tanahnya sekitar 3 meter dari permukaan jalan, untuk naik dibuat tangga yang cukup tinggi. Luas lahan Masjid Penyengat sendiri adalah 55x33 M persegi. Di dalam masjid terdiri dari unit-unit yang terpisah yang masing-masing dalam posisi simetris, bila di tarik garis tengah dari tangga naik hingga mighrab. Setelah melalui tangga yang cukup tinggi tadi di halaman sebelah kiri dan kanan atau di utara selatan jalan setapak di sumbu tengah tersebut, masing-masing terdapat unit berdinding beratap limas an batu. Kedua unit kembar disebut dalam bahasa setempat sotoh yang digunakan sebagai tempat bermusyawarah majelis ta'lim diantara ulama dan cendikiawan. Selain itu terdapat juga unit kembar yang masing-masing bersumbu segi empat panjang, sisi terpanjangnya searah dengan kiblat, kedua unit ini terlihat eperti gardu tetapi besar dan panjang, tak berdinding, mempunyai kolong, yang berkonstruksi kayu. Dalam istana-istana di Jawa dalam bentuk yang lebih besar, unit semaam itu disebut dengan Paseban, yang berfungsi sebagai ruang tunggu tamu raja, pada Masjid Penyengat mungkin selain digunakan untuk istirahat, pertemuan kecil juga berfungsi sebagai surau untuk belajar mengaji.

Setelah melalui unit-unit kembar tersebut, jalan setapak yang terdapat dalam satu garis dengan kiblat langsung berhadapan dengan pintu masuk masjid. Pintu utama masjid Penyengat terdapat di tengah berada di dalam unit menjorok ke depan (porch), dalam arsitektur jawa disebut kuncung, diatapi kubah. Disudut-sudutnya terdapat pilaster. Unit utama menyatu dengan porch, berdenah segi empat panjang 29,30x19,50 M persegi, sejajar dengan arah kiblat sisi terpendek. Denah dan semua elemen-elemen yang ada pada masjid dalam susunan simetris. Atap unit ruang sembahyang utama sangat unik, dapat dipastikan mendapat inspirasi dari masjid-masjid di India yang merupakan asal dari arsiteknya, berupa deretan melintang dan membujur dari kubah-kubah, bentuk kubah berupa bawang, ke arah membujur atau arah kiblat berbaris empat, ke arah melintang berderet tiga sehingga semua kubah jumlahnya 12, di tambah dengan kubah di atas porch menjadi 13 buah. Masjid mempunyai empat buah Minaret, masing-masing pada sudut unit ruang sembahyang. Bentuk keempatnya terlihat sama, namun ada sedikit perbedaan, dua yang di depan penggapit porch berdenah lingkaran, dua yang lainnya mengapit dinding kiblat yang berpenampang segi delapan. Pada puncak masing-masing minaret ditutup dengan atap berbentuk kerucut bersisi delapan yang sangat runcing seperti pensil, sangat jelas bahwa bentuk kesemua minaret itu mengambil bentuk minaret model Turki, namun dalam hal ini gemuk atau tidak langsing. Dalam hal ini jumlah kubah dalam Masjid Penyengat adalah (13) di tambah jumlah minaret !4) jadi jumlahnya (17) jumlah tersebut melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu.

Hiasan pada masjid tidak terlalu ramai, hanya berupa garis-garis cornice antara lain pada bagian atas dan bawah dinding dan penyangga balkon melingkar dari minaret.

NEXT : MASJID BAITURAHMAN (1881), BANDA ACEH.

PREF :

  1. MASJID LUBUK BAUK, SUMATERA BARAT.

  2. MASJID RAO-RAO (1918) BATUSANGKAR.

  3. MASJID JAMI TALUK, BUKIT TINGGI (1860) SUMATERA.




Post a Comment

Previous Post Next Post