FILSAFAT SEJARAH PEMIKIRAN KARL MARX
Nuri Izza Tillah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karl Marx merupakan salah satu tokoh filsafat barat modern yang berpengaruh. Pemikiran filosofisnya digunakan sebagai ideologi di beberapa negara Eropa, Asia, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Karl Marx, pelopor utama gagasan sosialisme ilmiah ini dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya seorang ahli hukum, Karl Marx menempuh kuliahnya di Universitas Bonn dengan mengikuti jejak ayahnya yakni untuk menajdi seorang ahli di bidang hukum. Kemudian dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena.
Hasil pemikiran Karl Marx tidak terlepas dari situasi yang terjadi pada abab ke-18 dan 19 yaitu perkembangan industri sebagai dampak dari Revolusi Industri yang diawali di Inggris. Marx melihat ada kejanggalan dalam masyarakat yang dijumpainya karena muncul muncul ketidakadilan dan manusia terasing dari dirinya sendiri. Keterasingan ini sebagai dampak dari hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Hak milik atas alat-alat produksi ini menjadikan perbedaan kelas antara kelas atas kelas bawah. Bentuk struktur dan hubungan yang terjadi dalam bidang ekonomi ini dicerminkan dalam struktur kekuasaan di bidang sosial-politik dan ideologi.
Munculnya kelas-kelas sosial dan hak milik atas alat-alat produksi disebabkan karena usaha manusia untuk mengamankan dan memperbaiki keadaan hidup. Usaha ini dilakukan dengan pembagian kerja yang semakin spesialis. Masyarakat terbagi menjadi dua, yakni kelas Penguasa dan kelas Pekerja. Pembagian yang semakin spesialis inilah yang akhirnya membuat perbedaan tajam antara hidup sesorang yang berada di kelas penguasa dan kelas bawah. Oleh karena itu Marx didalam bukunya “the Communist Manifesto” berusaha mengubah faham kapitalis menjadi komunis menurut Karl Marx. Namun hal itu tidak semudah itu merubah keadaan yang pada awalnya menganut paham kapitalis menjadi sebuah keadaan tanpa hak atas milik pribadi.
Oleh karena itu sangat menarik sekali untuk mengkaji tentang pemikiran Karl Marx, kami penulis akan mencoba mengulas mengenai bagaimana latar belakang timbulnya pemikiran Karl Marx, Biografi Karl Marx, serta pemikiran Karl Marx itu sendiri mengenai Maerialisme Historis, Sehingga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pemikiran salah satu ahli filsafat terbesar sepanjang zaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Biografi Karl Marx?
2. Bagaimanakah latar belakang historis pemikiran Karl Marx?
3. Bagaimanakah Pemikiran Karl Marx mengenai Materialisme Historis?
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Karl Marx
Karl Marx, pencetus gagasan komunisme sekaligus “bapak komunisme modern”, lahir pada tahun 1818 di kota Trier, Jerman. Dia belajar di sebuah sekolah lima tahun, ayah Marx adalah seorang ahli hukum. Pada tahun 1835, disaat dia berusia tujuha belas tahun, Marx tumbuh menjadi pemuda yang suka minum dan menulis sajak. Khawatir akan pegaulan anaknya, akhirnya ayahnya pada tahun 1836 memindahkan Marx ke universitas Berlin. Namun, Marx ternyata lebih berminat mempelajari filsafat. Akhirnya ia masuk Universitas Jena dan mendapat gelar diktor di bidang filsafat. Waktu itu ia membuat disertasi tentang filsafat Yunani (Zazuli, 2009: 74).
Kota Trier atau biasa dissebut dengan traves, kedua orangtuanya adalah turunan pendeta-pendeta yahudi. Ayahnya, Heinrich Marx termasuk golongan menengah dan menjadi pengacara ternama di Traves. Sedangkan ibunya adalah Puteri seorang pendeta Belanda, juga berbangsa Yahudi (Ramly, 2000: 35)
Pada tahun 1824, yakni ketika Marx berusia 6 tahun, seluruh keluarganya mengalami perpindahan agama dari Yahudi ke Kristen Protestan. Peristiwa ini membeekas dalam perjalanan hidup Marx selanjutnya. Bagaimanapun dengan perpindahan agama ini maka turut berubah pula keyakinan keluarga Marx dari bertuhan Yahova yang Esa kepada keyakinan Trinitas (Ramly, 2000:35). Ayah Marx meminta semua anaknya dibaptis dalam Gereja Lutheran. Karena itu, latar belakang religius Marx adalah latar belakang pandangan Lutheran.
Pada umur 18 tahun Karl Marx belajar hukum di Bonn. Kemudian, dia melanjutkan studi hukumnya lagi di Berlin. Selain pengaruh Lutheran masa itu, atmosfer pemikiran kelompok Hegelian juga kuat pada tahun-tahun studi Marx. Namun seperti yang dikatakan oleh Ramly (2000: 37) bahwa Perjalanan karir seorang filosof yang mendambakankebeebasan berfikir dan tidak ingin diikat oleh institusi-institusi di seputarnya, sering merupakan senjata bumerang yang menghantam pemiliknya, demikian pula halnya dengan Karl Marx, semula ia berkeinginan meenjadi dosen sebagai tonggak dalam karier akademi. Tetapi rencananya itu terpaksa dibatalkan karena pahamnya yang radikal dan tidak mudah berkompromi dengan status quo yang berlaku pada waktu itu.
Karena gagal merintis karir dosen, Marx menerjunkan diri sebagai wartawan. Hal ini dimungkinkan karena golongan radikal pada waktu itu menerbitkan majalah oposisi di Koln dengan nama Rheinissche Zeitung. Dengan segera Marx menjadi Pemimpin redaksi. Karena tulisannya terlalu pedas untuk pemerintah maka majalahnya segera diberanguskan, dan akhirnya dia pindah ke Paris.
Pada 1843, Marx menikah dengan Jenni von Westphalen, anak Baron von Westphalen. Hidup Marx mengalami masa berat ketika dia harus lari ke Brussel dan London. Dia diusir dari Paris karena aktif bersama kelompok radikal menyuarakan kepentingan buruh dan rakyat kecil. Paris pada masa itu merupakan suatu pusat liberalisme dan radikalisme sosialis dan tokoh-tokoh revolusioner seperti St.Simon. Blanui, dll. Hal tersebut akhirnya mengubah keyakinan marx akan Penyalahgunaan sistem kapitalis yang meluas dapat dihilangkan oleh perubahan sosial yang hanya didukung oleh elit intelektual saja.
Momentum terpenting untuk merealisir cita-cita bersifat internasional yang diusahakan Karl Max sejak tahun 1845 membuahkan hasil, yakni dengan terbentuknya Liga Komunis (Communist League) di Brussel tahun 1847. Liga Komunis ini nantinya menjadi cikal bakal dari gerakan Pekerja Internasional Pertama (International Workmen’s Association).
Perlu disebutkan bahwa liga komunis yang dimaksud hanya merupakan organisasi kerjasama dari kaum buruh Inggris, Jerman, dan Perancis. Para pemimpinnya mencita-citakan terwujudnya sosialisme dan hidupnya senantiasa dalam pengawasan ketat pemerintahnya. Dengan terbitnya manifesto komunis, maka kaum buruh merasa punya dorongan semangat untuk mengadakan revolusi. Dan kejadian yang dimaksud betul-betul terjadi dengan meletusnya revolusi liberal di Eropa.kekacauan di Perancis terjadi pada tangal 24 Februari 1848 kemudian meletus di Inggris, Jerman dan Brussel tempat Marx bermukim. Sadar akan pengaruh yang ditiupkan Marx, maka pemerintah Belgia menangkapnya dan kemudian mengusirnya ke luar negeri (Ramly, 2000: 38).
Pada tahun 1848 Karl Marx bersama Freidrich Engels menerbitkan Manifesto Komunis. Tulisan perjuangan ini adalah protes melawan proses aliansi dalam dunia kerja dan produksi. Marx tidak mengharapkan hasil apapun dari parlemen dalam kehidupan masyarakat yang menurut pandangannya dikuasai perjuangan kelas. Tajam sekali kritik Marx terhadap gereja dan agama (candu bagi rakyat). Kenyataan sosial-ekonomi, “penyangga” dari proses produksi, menurut pendapatnya, menentukan permukaan kehidupan agama, filsafat, dan hukumnya. Untuk mencapai masyarakat yang adil, berbagai hubungan dalam proses produksi harus diubah. Apabila melalui suatu revolusi kaum proletar dapat menguasai proses ini, maka akan dapat dicapai keadaan yang layak secara manusiawi. Proletariat ini dilihat Marx sebagai pencipta negara keselamatan yang baru, yaitu kehidupan dunia bersama yang adil (Noordegraff, 2004: 105).
Di London, Marx membuat karya besarnya (magnus opus) yang dikenal luas dengan judul Das Kapital. Karya inilah yang kemudian, memberi banyak sumbangan bagi perkembangan pemikiran-pemikiran sosial ekonomi selanjutnya. Lewat tulisannya Marx mendorong kaum buruh untuk berjuang demi emansipasi di tengah masyarakat. Karl Marx meninggal di London pada 14 Maret 1883 (wikedia.com)
2.2 Latar Belakang timbulnya Pemikiran Karl Marx
Revolusi industri menyebabkan perubahan drastis dalam hubungan masyarakat. Tidak semua orang menarik keuntungan dari berkat-berkat kemajuan teknis ekonomi ini, yang begitu disanjung orang. Terciptalah suatu masyarakat kelas bahwa para pemilik mempunyai kepentingan yang sama sekali lain dari kepentingan orang miskin. Kemiskinan itu menjadi suatu fenomena struktural dan berkembang, terutama di kota-kota yang tumbuh pesat, dengan ukuran massal (Noordegraff, 2004: 105)
Karl Marx adalah seorang anak dari zaman Revolusi Industri yang saat itu sedang melanda eropa. Berkembangnya kapitalisme dan revolusi industri telah melahirkan banyak masalah baru. Pertumbuhan penduduk naik dengan cepat, banyak orang daerah yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan sehingga timbul krisis di perkotaan. Pemukiman kumuh muncul dimana-mana. Kaum wanita dan anak-anak di ekspliotasi dan dipekerjakan dengan jam kerja yang lama, melelahkan serta diperlakukan kurang manusiawi. Rakyat miskin perkotaan benar-benar hidup dalam penderitaan sehingga melahirkan banyak pemberontakan buruh. Pada saat seperti inilah karl Msrx lahir, berkembang dan menelurkan gagasannya (Zazuli, 2009: 74).
Industri-industri besar menelan modal yang besar dan hal ini sama artinya dengan kekuasaan ekonomi di tangan segelintir orang. Karl Marx menunjukkan betapa kaum buruh menjadi semakin miskin (Ramly, 2000: 24).
Zaman pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh kelas borjuasi dan borjuasi memperjuangaan kebebasan politik untuk dapat bebas berusaha dan berdagang justru agar dapat mengumpulkan milik pribadi sebebas-bebasnya. Yang mereka tuntut adalah kesamaan politis dan kesamaan di depan hukum, dan bukan kesamaan ekonomis (Suseno dan Magnis, 2001: 18)
Pandangan-pandangan sosialis modern terbentuk antara 1789 (Permulaan Revolusi Perancis) dan 1848 (Revolusi 1848). Ada dua persitiwa yang menjadi konteks kelahiran cita-cita sosialisme modern itu: Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri. Revolusi perancis menulis tuntutan kesamaan di atas bendera etikanya. Dan Revolusi Industri menciptakan proletariat industrial yang dengan paling tajam memperlihatkan bahwa masyarakat justru tidak sama, melainkan terpecah antara mereka yang kaya, seringkali kaya raya, dan mereka yang melarat tanpa harapan Proletariat sekaligus akan merupakan kelas yang mengembangkan kekuatan untuk memperjuanganlan penghapusan jenjang yang tidak etis itu. Pendek kata, keadaan buruk kaum buruh industri menjadi katalisator yang mendorong para filosof untuk memperluas tuntutan kesamaan ke bidang ekonomi (Suseno dan Magnis, 2001: 18).
Dengan perlahan-lahan menjadi jelas bahwa perkembangan ekonomi bebas, yang didalamnya pemerintah tidak melibatkan dirinya, mempunyai pengaruh-pengaruh negatif untuk kaum buruh. Itulah sebabnya gerakan buruh mulai mengoperasikan dirinya dalam berbagai perserikatan pekerja dan mencoba memperoleh pengaruh politik. Orang lain lagi ingin memaksakan berbagai perubahan melalui jalan lebih radikal (Noordegraaf, 2004: 105).
Keyakinan dasar para pemikir sosialis modern adalah bahwa secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja, milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Diyakini bahwa masyarakat akan berjalan dengan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan hak milik pribadi. Kata “sosialisme” sendiri muncul di Perancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata “komunisme” dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, meelainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Suseno dan Magnis, 2001:19).
Karl Marx menyaksikan eksploitasi kejam yang diderita oleh para buruh pabrik di Eropa pada permulaan fajar munculnya revolusi Industri serta kapitalisme terpimpin. Semua itu mendorong Karl Marx untuk mengambil kesimpulan dari filsafat sejarah, satu filsafat yang dapat ia gunakan untuk menganalisis problematika masyarakat dan politik. Akhirnya, dari aliran filsafat Hegel yang idealis, Karl Marx menemukan konsep kontradiksi dialektika, untuk kemudian Karl Marx tafsirkan dengan konsep tersebut sejarah manusia dengan satu penafsiran yang berbeda dengan idealisme Hegel. Akhirnya, Karl Marx menafsirkan bahwa sejarah manusia berdiri diatas konflik yang berkepanjangan antara kelas orang-orang yang dieksploitasi dan kelas orang-orang yang melakukan eksploitasi (Hamid, 2001: 268).
2.3 Materialisme Historis
Manifesto berisi sebuah filsafat sejarah, yang kemudian dikenal sebagai Materialisme Historis. Materialisme Historis adalah tafsiran sejarah dari sudut pendekatan ekonomi. Filsafat Materialisme Karl Marx memperlihatkan adanya keterkaitan dengan materialisme lama, namun materialisme Karl Marx mengarah kepada keterlibatan manusia sebagai subjek kesadaran (Ramly, 2000:177).Terdapat sebuah pola atau bentuk dari sejarah manusia, dan sejarah adalah keterarahan menuju sebuah titik akhir. Akhir atau tujuan bukanlah sebuah kesadaran dari sebuah proses tetapi suatu wajah yang pasti dari organisasi ekonomi: Komunisme. Sebelum masyarakat siap dengan komunisme, masyarakat harus melewati struktur perkembangan sosial dan ekonomi.
Pada tahun 1848 adalah tahun pergerakan revolusi. Saat itu, para buruh bangkit dalam pemberontakan dan perlawanan di daerah-daerah industri besar di Eropa Utara. Ketidakpuasan para pekerja sampai pada puncaknya dan sesuatu yang dramatis diharapkan untuk membangun pergerakan aktivitas revolusioner. “Suatu warna sedang membayangi Eropa”, tulis Marx, “dan warna itu adalah Komunisme”. Komunisme adalah sebuah kekuatan, gagas Marx, dan tiba saatnya kekuatan itu bersuara logis, hal ini jugalah yang menjadi bagian dari cita-cita Marx ketika menulis Manifesto. Ada pengaruh Hegel disini, dan secara jelas, materialisme historis Marx adalah karya kesadaran diri dalam fase Historis. Lebih dari yang absolut merealisasikan dirinya dalam sejarah, Marx berharap bahwa kelas pekerja akan merealisasikan kekuatannya dan menggunakannya (Garvey, 2010: 205).
Konsep kelas Marx mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi (Garvey, 2010: 206)
Karl Marx meneruskan teori progres sejarah dengan aksentuasi konflik. Pemikirannya tentang hal ini tertuang dalam karya-karyanya yang diterbitkan bersama sahabatnya, Friedrich Engels, antara lain: Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital yang diterbitkan beberapa waktu setelah kematiannya. Pada intinya, ia menyatakan bahwa faktor dasar perubahan dan faktor utama yang menggerakkan aktivitas manusia adalah kebutuhan materiil hidupnya yang mesti dipenuhi (Hitami, 2009:11).
Marx berargumen bahwa manusia dalam sejarahnya secara sederhana mencari makan untuk memenuhi kebutuhan material mereka. Mereka makan semua binatang dan tumbuhan yang mereka temukan di sekitar mereka, mereka menggunakan bulu binatang dari hewan-hewan yang mereka makan untuk pakaian, mereke berlindung di gua-gua alami. Menurut Marx sejarah manusia dimulai ketika manusia-manusia secara aktual memproduksi sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka, secara sederhana lebih daripada mengambil apa yang diberikan alam kepada mereka. Secara khusus, manusia mulai mengolah tanah untuk menanam dan membangun kandang untuk binatang-binatang yang kemudian akan dimakan dan kulitnya dijadikan pakaian. Manusia mulai mencari batu dan memotong pohon untuk membangun pondok dan secara bertahap menjadi perkampungan (Garvey, 2010: 206)
Sejalan dengan Garvey, Hitami (2009: 11) pun menyatakan bahwa, Manusia hidup dalam kesejahteraan jika kebutuhan ekonomisnya terpenuhi secara adil dalam kehidupan bersama. Keadaan ini terwujud pada tahap perkembangan awal masyarakat manusia yang biasa disebut komunisme primitif. Pada tahap berikutnya, terjadi perubahan struktur sosial dari masyarakat perburuhan/peternakan ke penggarap tanah untuk pertanian. Oleh karena lahan dan harta mulai dimiliki orang-orang tertentu maka pemilik tanah ini menjadi tuan sementara yang lain menjadi budak. Selanjutnya budak-budak ini terbebaskan dan menjadi pemilik tanah sekaligus sebagai pekerja taninya karena mereka dapat diperjualbelikan bersama dengan lahan yang mereka miliki. Status mereka dsedikit lebih tinggi dari budak, namun lebih rendah dari petani.
Pada tahap berikutnya muncul feodalisme yang ditandai oleh model produksi yang didasarkan pada agrikultur dan pemilik tanah. Para tuan tanah merupakan penguasa yang menikmati kekuatan politik terhadap massa petani dan pekerja. Selanjutnya, muncul kelompok borjuasi, yakni kelas menengah yang menjadi perantara antara petani dengan tuan tanah, aristokrat dengan pekerja, dan pengecer dengan saudagar. Tahap puncak ditandai dengan dominasi kelompok borjuasi dan industri. Modal terakumulasi dengan tak terbatas dan produksi terkonsentrasi pada industri berskala besar. Pada saat itu, pemilik modal menjadi sedikit namun dengan jumlah modal yang sangat besar, sementara masyarakat proletariat industri semakin banyak dan semakin tertekan, pada waktu yang sama semakin kuat. Dalam keadaan seperti itu timbul konflik berupa konfrontasi antara proletariat dengan kelas borjuasi yang akhirnya dimenangkan oleh pihak proletar, dan masyarakat tanpa kelaspun segera terbentuk. Jadi kunci penjelasan Marx tentang perubahan adalah konflik antara kelas proletariat dengan kelas borjuasi yang semata-mata didasarkan pada motivasi ekonomi (Hitami, 2009:12).
Karl Marx adalah seorang filsuf humanis. Dalam pemikirannya, penekanan ada pada usaha mencapai emansipasi dengan penghapusan sistem kelas dan alienasi dalam masyarakat. Perubahan sosial yang ingin dicapai Marx adalah penghapusan sistem hak milik. Lewat penghapusan hak milik, masyarakat yang ada adalah masyarakat tanpa kelas (klassenlose Gesellschaft). Masyarakat yang demikian inilah masyarakat yang adil dan menjadi ruang manusia mencapai kebebasan sepenuhnya sebagai pribadi (Garvey, 2010: 204)
Hampir semua unsur filsafat dalam Marxisme dipinjam dari Hegel. Sampai saat ini pun kalangan marxis masih menggunakan terminologi Hegel. Ada baiknya kalau disini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting Marxisme.
Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.
Kedua, karena realitas merupakan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah aliensi – yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju ke sebuah akhir akibat kontradiksi di dalam dirinya.
Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya sekedar terbawa arus bersama dengannya.
Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi dimana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan. Pada saat itu tidak ada lagi alieenasi, dan karenanya tdak ada lagi kekuatan yang bekerja untuk mendorong terjadinya perubahan.
Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka, melainkan untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri, dan mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperoleh kebebasannya dan pemenuhan diri.
Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang-orang liberal (Magee, 2008: 165)
Menurut Garvey (2010: 206) Yang membedakan pemikiran Hegel dengan Marx adalah Sejarah dalam pengertian Marx adalah perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan kebebasan, bukan perihal perwujudan diri Roh, bukan pula tesis–anti tesis Roh Subjektif, Roh Objektif melainkan menyangkut kontradiksi-kontradiksi hidup dalam masyarakat terutama dalam kegiatan ekonomi dan produksi. Jadi untuk memahami manusia dan perubahannya tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia melainkan melihat segala hal yang berkaitan dengan produksi.
Teori Sejarah Marx tidak mencoba untuk menjelaskan sedikit mengenai sejarah manusia, tetapi menerangkan evolusi sebagai bagian dari teori sejarah, yang bernama sejarah sosial dan ekonomi. Pandangan Marx dimulai dengan klaim bahwa sebelum manusia secara kolektif melakukan atau mencapai sesuatu, seorang individu harus mampu berjumpa dengan kebutuhan materialnya yang fundamental. Sebelum semua itu, manusia perlu makan, mempunyai pakaian dan mempunyai tempat untuk berlindung. Masyarakat dan warga negara mengandalkan bagian “model produksi” untuk menjamin kebutuhan dasar hidup. Bagian pertama dari manifesto, Marx menjelaskan pandangan bahwa sejarah dari peradaban eropa dicirikan dengan kemajuan dari model produksi yang kuno ke model feodal, dan dari model yang feodal ke model produksi yang kapitalis.
Berdasarkan konsep materialisme historis, Marx pun berpandangan bahwa realitas material menentukan kesadaran. Pandangan ini dijelaskan dalam struktur bangunan masyarakat dengan bangunan bawah dan bangunan atas. Bangunan bawah adalah kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan, bangunan atas atau superstruktur adalah hasil dari pikiran dan kesadaran, seperti ideologi, ilmu, filsafat, hukum, politik, seni, dan budaya. Bangunan bawah adalah materi yang menentukan bangunan atas karena menjadi pondasi awal. Jika terjadi perubahan mendasar pada kegiatan ekonomi, bangunan atas akan mengikuti dengan sendirinya. Karena itu, dengan perubahan sosial penghapusan kelas, secara otomatis, masyarakat yang adil tercapai. Lewat revolusi perjuangan kelas, perubahan sosial terjadi, terjadi pula perubahan di bangunan atas.
Marx mengemukakan bahwa yang menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran masyarakat, bukanlah apa yang dipikirkan masyarakat tentang dirinya tetapi keadaan yang ada, proses hidup yang nyata. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk hidup itulah yang disebut keadaan masyarakat. Dengan demikian, keadaan masyarakat selain mempengaruhi perkembangan masyarakat juga mempengaruhi kesadaran masyarakat itu sendiri.
Dalam pemikirannya, Marx membahas dan mengkritisi tiga bentuk dari sosialisme. Sosialis yang reaksioner berpikir bahwa kita dapat harus mengembalikan efek yang menyedihkan dari kapitalisme secara sederhana dengan kembali ke masa-masa feodal. Marx tidak ingin orang-orang mengalami hal yang menyedihkan dengan menganut kapitalisme; bagaimanapun, ia berpendapat bahwa kapitalisme adalah kelanjutan dari feodalisme. Marx mempertahankan komitmennya pada materialisme historis, karena itulah ia juga tetap berpikir dalam koridor tersebut. Untuk Marx, kapitalisme mengantarkan pada penderitaan, tetapi juga memunculkan makna penyelamatan ekonomi dan politik dari penderitaan.
Marx juga mengkritik para sosialis borjuis. Mereka adalah para sosialis yang dapat melihat keuntungan-keuntungan yang dibawa kapitalis pada masyarakat manusia tetapi berpikir bahwa efek negatif dapat diperbaiki dalam beberapa cara untuk membuat kapitalisme menjadi lebih sesuai. Sosialis borjuis percaya bahwa masyarakat kapitalis dapat menjadi kuat, stabil, dan harmonis dengan organisasi ekonomi jikalau keadaan dilemahkan lewat reformasi cara pikir yang melulu sosialis. Marx menolak versi sosialisme ini karena kapitalisme adalah sebuah kelas yang secara fundamental menguasai sistem ekonomi. Dimana ada kelas, disana ada konflik kepentingan, dan tidak dapat dihindari ada eksploitasi tidak dapat hanya dibiarkan saja karena, tentu saja, sebuah masyarakat dengan eksploitasi di dalamnya tidak dapat menjadi stabil dan harmonis.
Marx juga melawan variasi dari sosialisme utopis. Beberapa sosialis memiliki maksud baik, gagas marx, tetapi solusi mereka untuk keadaan yang menyedihkan yang dialami para pekerja, menurut Marx, masih naif. Sosialisme utopis tentu saja mengakui penderitaan yang dimunculkan dari sebuah sistem kapitalis, tetapi cetak biru mereka untuk sebuah masyarakat yang lebih bahagia, menurut Marx, tidak cukup radikal, dan tidak mengakar dalam konsep manusia secara alami. Sosialis utopis seperti Robert Owen melakukan eksperimen kecil dalam hidup sosialis yang pikirnya secara sederhana dapat disebarkan dalam ekonomi industri. Menurut Marx, tidak ada pilihan selama arti produksi ada di tangan kapitalis.
Menurut Marx, yang salah secara mendasar dengan tiga macam sosialis adalah bahwa semua secara umum gagal dalam merasakan potensi dari pertumbuhan massa proletar yang revolusioner dalam masyarakat kapitalis. Jika masyarakat ada untuk memperbaiki, jika hidup dari kelas pekerja adalah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, transformasi masyarakat akan menjadi lebih radikal. Yang diperlukan adalah revolusi. Manifesto dapat dibaca sekurang-kurangnya sebagai sebuah pelajaran tentang sejarah proletariat, sebuah gagasan untuk membuat mereka melihat kekuatan mereka dan tujuan historis mereka. Tujuan akhirnya, selalu seperti yang dikatakan Marx, adalah mendekatkan kemanusiaan dengan suatu dunia yang lebih baik (Garvey, 2010: 208).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Materialisme mengarah kepada anggapan bahwa kenyataan yang sesungguhnya yakni benda atau materi. Karena itu, persoalan roh atau jiwa dalam aliran ini dianggap bukan sebagai substansi yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai akibat dari proses materi. dengan kata lain, aspek rohani manusia dipandang sebagai produk sampingan dari jasmani. Yang membedakan menurut Marx, sesungguhnya yang menjadikan manusia sebagai homo humanus adalah kerja. Dengan bekerja manusia mencapai kenyataan sepenuh-penuhnya dan dalam aktivitas bekerja pula manusia menyatakan diri tidak seperti dalam kesadaran secara intelektual, melainkan secara berkarya, secara nyata sehingga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia yang menciptakan sendiri.
Menurut Marx pemilikan atau kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas-kelas sosial dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang primitif sampai pada kapitalisme modern. Selain itu, Marx berpendapat bahwa yang salah secara mendasar dengan tiga macam sosialis adalah bahwa semua secara umum gagal dalam merasakan potensi dari pertumbuhan massa proletar yang revolusioner dalam masyarakat kapitalis.
DAFTAR PUSTAKA
Garvey, James. 2010. Dua Puluh Karya Filsafat Terbesar. Yogyakarta: Kanisius
Hamid, at Tijani Abdul Qodir. 2001. Pemikiran Politik dalam AlQuran, Kajian Polittik Islam. Jakarta: Gema Insani Prress
Hitami, Munzir. 2009. Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan. Yogyakarta: LkiS
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius
Noordegraaf. 2004. Orientasai Diakronis Gereja: teologi dalam prespektif reformasi. Jakarta: Gunung Mulia
Ramly, Andi Muawiyah. 2000. Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Matrialisme Historis). Yogyakarta : LkiS
Suseno dan Magnis Franz. 2001. Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisiionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zazuli, Mohammad. 2009. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. Yogyakarta: NARASI
siiippp,,,, makalahnya mantap dan lengkap...!!! nilainya juga bagus... oke pokoknya...!!
ReplyDeleteLUAR BIASA, MANTAP BETUL TULISAN ANDA, MAKASIH SAYA TELAH BELAJAR PADA ANDA. SUKSES SELALU
ReplyDeletesimpel tapi lengkap,,, sangat bagus banget, aku lagi skripsi nie ngambil judul marxism, moga bisa membantu ya,,, amin
ReplyDeletePost a Comment