MASJID JAMI TALUK, BUKIT TINGGI (1860) di SUMATRA

NEXT : MASJID RAO-RAO, BATU SANGKAR


ARSITEKTUR MASJID KUNO BERSEJARAH

MASJID JAMI TALUK, BUKIT TINGGI (1860) di SUMATRA


Sebuah masjid yang tidak besar, namun sangat Indah begitulah pertama kali yang akan terkesan di pikiran kita. Masjid tersebut adalah Masjid Taluk, terletak sekitar 5Km dari masjid Gadang kea rah Padang Luar. Masjid ini didirikan pada tahun 1860 oleh Haji Abdul Majid. Masjid ini juga memiliki sebuah kolam seperti yang terdapat di kebanyakan masjid-masjid di wilayah Minang yang disebut Luhak.

Luhak : luhak atau taluk depan mempunyai fungsi majemuk, selain memperindah dan membuat lingkungan sejuk, wudhu, jugamemelihara ikan, yag ketika ikan-ikan tersebut di jual, hasilnya untuk memperindah masjid / perawatan masjid. Namun belakangan, hasil dari Luhak tersebut justru untuk membantu rakyat yang membutuhkan. (Izy_prasetya)

Pada Masjid Jami Taluk ini terdapat tiga buah Luhak, yang paling besar terdapat di pelataran depan masjid, du lainnya di bagian samping kanan atau utara masjid dan di bagian belakang masjid. Luhak yang paling besar di sebut Taluk, yang kemudian nama tersebut digunakan sebagai nama Masjid.

Ruang sembahyang Masjid berdenah bujur sangkar 13x13 M persegi, konstruksi asli Masjid Jami Taluk adalah kayu dan atapnya dari ijuk, seperti Masjid yang ada di Cina dan juga di Jawa yang akan di bahas di dalam blog ini. Masjid Jami Taluk mempunyai serambi yang menjadi peralihan dari luar ke dalam, panjang serambi selebar bagian depan masjid yaitu 13 M dan lebar 3 M. serambi ini meskipun mempunyai bentuk dan posisi yang sama dengan masjid-masjid di Cina dan di Jawa, namun terdapat perbedaan prinsip yaitu berdinding dan berjendela jadi tidak dapat disebut sebagai teras depan atau portico. Aspek arsitektur Masjid Jami Taluk ini adalah tropis. Untuk menghidari kerusakan kayu akibat kelembapan tanah, maka pada tangga masuk ke dalam serambi tidak berada di tengah, melainkan berada kembar di ujung kiri dan kanan.

Atap ruang sembahyang mirip dengan atap joglo di Jawa, namun kemiringan jauh lebih tajam, mungkin hal ini ada kaitannya dengan tradisi Minang yang kebanyakan atapnya berujung runcing. Bentuk atap pyramidal mengikuti denah yang bujur sangkar, terdiri dari tiga bagian, di antara setiap bagian terdapat celah dimana terdapat jendela atas untuk ventilasi. Selain membuat bentuk masjid semakin megah (menjulang tinggi, sehingga dapat terlihat dari berbagai arah) juga membuat Masjid Jami Taluk ini menjadi landmark di kawasannya. Kemiringan semacam ini sangat cocok untuk bangunan di wilayah tropis antara lain dalam hal mengalirkan air hujan.

Minaret (menara) masjid Jami Taluk ini sangat Indah penuh hiasan, hiasan yang paling dominan adalah Arabesque. Posisi minaret berada di depan-tengah dalam satu sumbu dengan mihrab. Meskipun bentuknya sama sekali berbeda dengan kebanyakan masjid di Cina, namun menarik di kemukakan disini, bahwa posisi semacam itu juga terdapat pada masjid-masjid kuno di Cina. Minaret terdiri dari tiga bagian, paling bawah berdenah segi delapan, pada masing-masing dinding dihias dengan pelengkung patah mati model Persia. Bagian kedua denahnya lingkaran semakin ke atas semakin mengecil, bagain ke dua ini penuh dengan hiasan kaligrafi dan Arabesque. Diantara bagian bawah dengan bagian di atasnya terdapat balkon keliling dalam posisi seperti cincin, antara bagian ke dua dengan bagian paling atas juga terdapat balkon. Bagian teratas tidak berdinding seperti cungkup, denahnya segi delapan, atapnya seperti atap yang terdapat pada kebanyakan Minaret masjid-masjid Kuno di India. Bertutup kubah bawang dan mempunyai tritisan berdenah segi delapan, bedanya disini sangat runcing. Mungkin disesuaikan dengan konstruksi adat Minang yang menyukai bentuk runcing kususnya pada bagian atap. Di kiri, kanan atau di utara dan selatan masjid terdapat unit-unit lateral, mungkin digunakan untuk madrasah atau surau. Disebelah utara di antara unit lateral dengan unit sembahyang terdapat bangaunan aslinya, beratap ijuk juga, runcing seperti tanduk pada ujung-ujungnya yang kemungkinan digunakan sebagai lumbung. Adanya lumbung, kolam ikan, surau yang menyatu dalam kompleks masjid memperlihatkan kaitan erat antara agama dan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya.


NEXT : MASJID RAO-RAO, BATU SANGKAR




Post a Comment

Previous Post Next Post