PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN KUSHAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KERAJAAN KUSHAN
 OLEH
CAHYO TRI WIBOWO
(Mahasiswa Universitas Negeri Malang Jurusan Sejarah FIS 2009)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kushana merupakan pecahan dari suku bangsa yueh Chi dari Tiongkok, yang terdesak oleh suku bangsa Huna pada tahun 174 SM. Mereka tergeser ke wilayah diantara sungai-sungai Oxus dan Jakertes. Sesampainya di Bactria suku bangsa ini menetap dan mendirikan pemerintahan dibawah pemimpin mereka Kadphises. Pada mulanya mereka terdiri dari dua suku bangsa, namun berhasil dipersatukan oleh Kujula Kadphises dari Kushuna (Su’ud,1988:174).
Pada mkalah ini kami akan menjelaskan tentang kerajaan Kushan yang terletak di India bagian Utara. Kerajaan Kushan sendiri berdiri pada tahun 40 Masehi yang Raja pertamanya adalah Raja Kadphises 1 dan Raja yang terkenal adalah Raja Kanishka (120-162 M).
  Karena letaknya ditengah2 jalur sutra (Silk Road), banyak keuntungan yang didapat oleh Kushan, terutama dari perdagangan, karena kota-kota mereka adalah tempat persinggahan kafilah-kafilah pedagang yang melalui jalur sutera (www.kaskus.us). Karena letaknya yang strategis inilah maka Kushan menjadi kerajaan yang besar serta kuat akan kekuatan militernya.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita tarik rumusan masalah sebahai berikut: (1) Bagaimana tumbuh kembangnya Kerajaan Kushan; (2) Siapakah yang menjadi Raja pertama dan Raja terkenal dari Kerajaan Kushan; (3) Bagaimanakah perkembangan ajaran Budha pada masa Kerajaan Kushan; serta (4) Kesenian pada masa Kushan.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Perkembangan Kerajaan Kushan
Kushan adalah salah satu kerajaan yang memiliki wilayah sangat luas yg membentang dari India, Pakistan sampai utara Afghanistan, berbatasan langsung dengan Kekaisaran Han (Dinasti Han) di timur dan Parthia (Persia) di Barat. Asal muasal Kerajaan Kushan dimulai dari eksodus besar-besaran bangsa Yue-Chi (Yuezhi) dari barat laut China (sekarang Xinjiang) akibat serangan dari Xiong nu Khanate dari utara. Mereka (Yue Chi) pindah ke asia tengah, membentuk kerajaan baru dan menaklukkan wilayah utara India, hidukush dan bagian timur Persia.

Yue Chi terbagi menjadi 5 clan yg mendiami wilayah yang berbeda-beda, dan Kushan adalah salah satu dari 5 clan tersebut. Seiring dengan menguatnya Clan Kushan, Pangeran Kujula Kadphises memerintahkan untuk menyerbu 4 clan lainnya sehingga akhirnya 5 clan tersebut disatukan dibawah pimpinan Kushan. Maka dari itulah Kadphises dianggap sebagai Raja pertama dari Kerajaan Kushan.
Karena letaknya ditengah-tengah jalur sutra (Silk Road), banyak keuntungan yang didapat oleh Kushan, terutama dari perdagangan, karena kota-kota mereka adalah tempat persinggahan para pedagang yang melalui jalur sutera. Perekonomian kerajaan hidup bersandarkan kepada perdagangan sutra dan rempah ke Eropa dan emas dan karya seni ke Tiongkok. Untuk itu, banyak sekali pemimpin Kushan yang menciptakan uang logamnya sendiri sebagai alat tukar resmi, sehingga perkembangan koin-koin Kushan memberikan catatan sejarah tersendiri, terutama dalam seni rupa. Masyarakat Kushan sendiri adalah masyarakat nomaden, karena itu mereka memiliki beberapa ibukota, Begram ibukota musim panas dan Peshawar ibukota musim dingin.

Kekuatan utama militer Kushan adalah Cavalry atau Horse Archer (Pasukan pemanah berkuda). Dalam satu agresi militer, bisa terkumpul 100.000 horse Archer. Pada masa jayanya, Kushan sangat kuat, bahkan mereka bisa merebut kembali sebagian wilayah nenek moyang mereka (Yue Chi).
Pada tahun 78 Masehi Raja Kushan merencanakan untuk melakukan persebaran wilayah ke sebelah Timur. Abu Su’ud (1988:175) menyimpulkan “mungkin tahun 78 Masehi tersebut dipakai sebagai awal tarikh Saka, sebagai peringatan atas kemenangan bangsa Saka diwilayah India Utara”.

2.2 Raja yang Memerintah
Raja pertamanya adalah Kadhpises I (tahun 40 masehi). Pada waktu itu kerajaan Romawi sudah terkenal sampai ke India. Menurut berita, Raja Kushan mengirim utusan ke Roma supaya kedua kerajaan itu berdamai dan jangan berperang. Uang - uang Romawi dengan materai kaisar - kaisar yang digunakan dalam perdagangan antara Barat dan India terdapat di beberapa tempat penggalian di India Utara. Mata uang serta arca-arca peniningalan Kushan yang berhasil digali didekat Mathura, memberikan gambaran yang jelas mengenai raja-raja mereka. Secara fisik orang-orang Kushan berbadan besar, gemuk, berjanggut panjang serta roman muka yang mengunjung kedepan.
Abu Su’ud (1988:175) menyebutkan, Setelah Raja pertama dinobatkan, sebuah ekspedisi militer yang besar dilancarkan untuk mempersatukan berbagai daerah diantaranya adalah Kashmir, dan sebagian Turkestan, termasuk Kasghar, Yarkhand dan Khotan. Disebutkan pula bahwa Kadhpises I telah memaksa Tiongkok supaya menyerahkan tahanan perang.
Raja yang terkenal dari kerajaan Kushan adalah Raja Kanishka (120-162 Masehi). Raja Kanishka bergelar Shaonanoshao, yang berarti Raja diraja, serta Dewaputra, yang berarti Putra dewa, bahkan digunakan pula nama berbahasa Tiongkok T’ien Tzu, yang berarti Putra Kahyangan. Dalam mata uang yang dikeluarkan Raja Kanishka, dikatakan bahwa raja memerintah atas berbagai jenis masyarakat, seperti orang-orang Indo-Yunani, Zoroaster, Hindu ataupun Budha, yang berada dikawasan Gandara, yang merupakan daerah lalulintas perdagangan ramai di wilayah Asia tengah.
Kejadian yang terpenting dalm pemerintahan Kanishka adalah perpindahan Kanishka untuk memeluk agama Budha. Yang lebih menarik yang mendorong Kanishka untuk berpindah agama adalah seorang Brahmana yang telah memeluk agama Budha, diaq adalah Pendeta Asvaghosa. Pendeta ini mampu masuk kedalam kalangan istana dan berhasil menjadi kelompok orang terpelajar yang memberikan nasehat kepada Raja.

Raja Kaniskha berhasil memajukan kebudayaan Kushan, sehingga kebudayaan itu mempunyai corak baru dalam sejarah India yang dinamakan

masa Gandhara yaitu nama negeri tempat untuk memperoleh barang-barang kuno yang dibuat di masa itu. Barang-barang itu kebanyakan terdiri dari lukisan-lukisan yang dipahat pada dinding batu, seperti yang terdapat di candi Borobudur, arca-arca Buddha dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan kebudayaan Yunani-Romawi dari permulaan tarikh masehi, nampaklah persamaan corakcorak di antaranya, seperti cara mengukir tiang­tiang dari sebelah atas, pakaian arca-arca dan wajah orang pada lukisan-lukisan itu yang menyerupai paras orang Yunan. Karna berhasil memajukan kebudayaan itulah maka Raja Kanishka dianggap sebagai raja yang terkenal di kerajaan Kushan. Selain itu pada masa pemerintahan Raja Kanishka ini berhasil mendamikan pertentangan antara Hindu dan Budha. Perdamaian ini tak lepas dari pendeta Asvaghosa yang mempunyai berbagai keahlian. Tidak hanya sebagai filsuf, namun ia juga adalah pengarang, ahli musik. Pertentangan antara Hindu dan Budha dapat diredakan dengan jalan Pendeta Asvaghosa menulis buku agama Budha dalam bahasa Sanskreta (Su’ud, 2006:102).
Sebagai orang Budha Kanishka sangat tertarik pada masalah yang timbul disekitar ajaran Budhisme, dan dia memperhatikan timbulnya kecendrungan perselisihan antara aliran-aliran dalam agama Budha, terutama mengenai isi Kitab Suci agama mereka. Oleh karena itu Kanishka berkeinginan untuk melakukan langkah-langkah perdamaian yang dilakukan oleh Asoka. Dia kemudian membuka muktamar besar agama Budha guna mencari jalan pemecahan berbagai perselisihan itu. Muktamar agama Budha kali ini merupakan muktamar yang keempat kalinya yang diselenggarakan di India dan merupakan muktamar yang terakhir. Muktamar ini dipusatkan di Kundalava, daerah Kashmir dan dihadiri oleh 500 orang biku dari berbagai penjuru anak benua India. Keputusan yang paling berarti dari muktamar ini ialah dikeluarkannya sebuah komentar atau tafsir atas kitab suci, dan diterbitkannya sebuah ensiklopedi agama Budha yang berjudul Mahavibhosa.
Menurut tafsir bangsa Tiongkok yang datang kemudian, Raja kanishka memerintahkan khotbah-khotbah Budha digoreskan pada lempengan tembaga merah. Kemudian memasukkan naskah-naskah itu kedalam tempat khusus dan menutupnya rapat-rapat, dan didirikan diatas nya sebuah stupa dengan kitab suci ditengahnya.
Pada tahun 162 Masehi Kanishka wafat akibat dicekik dalam selimut kapasnya, ketika raja dalam keadaan sakit. Nampaknya hal itu dilakukan oleh sebuah komplotan rakyat yang merasa tidak puas karena sifatnya yang tamak dan haus akan kekuasaan. Setelah kematian Kanishka tonggak kekuasaan kerajaan Kushan dilanjutkan oleh putranya yaitu Vasishka dan Huvishka, yang pada saat itu menjadi Raja muda. Tidak jelas bagaimana pemerintahan berlangsung pada masa ini akan tetapi disebutkan dengan jelas bahwa raja-raja ini telah menjadi pelindung agam Budha.
Raja berikutnya yang memerintah di Kushan yakni Raja Vasudeva (182-220) adalah raja terakhir yang masih dapat mempertahankan persatuan dalam kerajaannya. Tetapi di masa pemerintahannya, tanda-tanda keruntuhan sudah mulai nampak. Mula-mula muncul penyakit pes yang menular dari Babylon sebelah barat sampai di Eropa dan ke arah timur hingga di India yang menyebabkan berjuta-juta orang meninggal, banyak di antaranya merupakan tentara kerajaan. Kejadian yang kedua adalah kekuasaan kerajaan Persia yang dipimpin oleh raja baru, yakni Raja Ardhasir dari keluarga Sassaniya, makin mengancam. Setelah Raja Vasudeva wafat, kerajaan Kushan terpecah, seperti kerajaan Andhara di India Tengah, kerajaan Kushan lenyap juga dari sejarah. Masa yang dimulai dengan keruntuhan kerajaan Kushan dan Andhra sampai zaman Gupta, yang meliputi lebih kurang 100 tahun adalah suatu zaman yang sangat sulit dalam sejarah India.

Tabel 1: Tahun-tahun Penting di Kerajaan Kushan
174 SM
Migrasi Yueh Chi dari Tiongkok
130-58 SM
Suku Bangsa Saka mengusir bangsa Yunani dari Bactria
58-7 SM
Permulaan Tarikh Vikrama
48 M
Kadphises I dari suku bangsa Kushan menaklukan Panjab
77-78 M
Kadphises I wafat, digantikan oleh Kadphises II
78 M
Awal Tarikh Saka
120 M
Kanishka naik tahta
162 M
Kanishka wafat digantikan oleh Huvishka
182 M
Huvishka wafat digantikan oleh Vasudewa
220 M
Vasudeva wafat : disintegrasi kerajaan Kushan


Tabel 2: Silsilah Raja yang Memerintah

Kadphises I
 
                                                Raja ke I 48 M – 77 M
                                               

Kadphises II
 
 

                                                            Raja ke II 77 M – 78 M

Kanishka
 
 

                                                                        Raja ke III 120 – 162 M
 


Huvishka
 
                                                                                    Raja ke IV 162M - 182M      
 


                                                                                                Raja ke V 182 M-220M

2.3 Perkembangan Ajaran Budha
Zaman Kerajaan  Kushan merupakan zaman yang amat penting dalam perkembangan kebudayaan India, sebagai akibat semakin kompleksnya hubungan antar negara pada waktu itu. Sementara itu agama kristen yang lahir pada awal abad Masehi telah bertemu dengan Budhisme yang tumbuh subur dimasa itu dalam hubungan di pasar-pasar dunia. Agama Budha telah menerima campur tangan kaum Brahmana yang telah menyebrang ke agama Budha, selain itu Budha juga menerima unsur-unsur kepercayaan primitif pada penyembahan berhala.
Salah satu akibat dari terjadinya hubungan antar bangsa itu ialah terjadinya perpecahan yang secara nyata berujud lahirnya aliran Mahayana dan Hinayana. Budha tidak dianggap lagi sebagai guru yang telah mati, namuntelah menjadi Dewa Penyelamat, yang kadangkala menitis kedalam diri Rama dalam cerita Ramayana, maupun diri Kreshna ketika harus menyelamatkan manusia dari malapetaka (Su’ud,1988:179). Budhisme tidak lagi menolak teori mengenai avatara atau penitisan, yang awalnya diajarkan oleh ajaran Vaishana Hinduisme ataupun Jainisme. Buda Gautama sebagai penyebar ajaran moral telah dimasukkan kedalam rentetan penitisan Adhi Budha atau Jiwa Pertama pada masa kini.
Menurut Abu Su’ud (2006,105) Diantara Dhyani Budha yang terpenting adalah Amitabha atau amida, yaitu Dewa Cahaya yang tak terbatas, yang dipuja di Jepang maupun Tiongkok. Dewa tersebut bersemayam di Surga sebelah barat, dan akan memberikan pertolongan kepada yang mempercayainya. Kemudian mereka yakin kelak mereka akan dilahirkan kembali ke sorga barat. Diantara Bodhisatva yang paling penting adalah Manjusri dan Maitreya, keduanya merupakan Buda yang akan datang, yang belum dilahirkan. Sedang dari Kitab Suci yang paling penting diperhatikan adalah Saddharma Pundarika atau Teratai Hukum Kebaikan. Dalam kitab yang disusun disekitar tahun 200 Masehi itu, dinyatakan bahwa Buda akan berulang-ulang dilahirkan ke dunia, sebab dia adalah bapak dunia, yang dilahirkan sendiri sebagai tabib maupun sebagai Penyelamat semua makhluk sengsara.
Dari ini dapat diketahui telah terjadinya saling pengaruh antara Agama Budha dengan Agama yang lain termasuk juga dengan Kristen. Adanya kesamaan dengan Kristen atas dasar adanya berbagai kesamaan dalam isi ajaran kedua agama tersebut. Pengaruh tersebut bermula terjadi di Asia Barat tepatnya di Iskandariyah, yang merupakan tempat-tempat pertemuan antara dua pemikiran besar antara Barat dan Timur.

2.3 Kesenian Masa Kushan
Kerajaan Kushan menjadi kaya karena perdangangan yang dilakukan dengan Eropa dan Asi Timur. Kekayaan yang terkumpul itu digunakan untuk membangun negeri, kota, serta mengembangkan kesenian. Ibu kota yang terletak di Purushapura atau Peshawar nama barunya, dilengkapi dengan gedung-gedung indah. Yang terkenal adalah sebuah menara dengan tinggi 200 m, yang terbuat dari kayu,dimaksudkan untuk menyimpan relik yang berkaitan dengan kehidupan Budha Gautama. Menara tersebut terdiri dari empat belas tingkat dan dihiasi dengan puncak menara inilah diletakkan payung atau chaitya yang dibuat dari tembaga.

Sebuah inskripsi di Khuroshthi menyatakan, bahwa karya itu merupakan hasil ikarya Agesilaos, arsitek biara Kushan. Tidak jauh dari menara itu terdapatlah sebuah biara besar, yang dianggap amat penting karena merupakan pusat pengajaran agama Budha di Barat laut India, yang merupakan hadiah dari Raja Kanishka. Selain itu juga ditemukan juga tiga buah kota yang terpisah, yang terdapat di Takshashilia kuno. Di dekatnya terdapat sebuah bekas kota kuno zaman Hindu, yang pernah dikunjungi Iskandar Zulkarnain, dan merupakan tempat tinggal Asoka ketika dia masih menjadi Raja Muda.
Aliran Gandhara dikenakan bagi aliran kesenian, terutama seni patung, yang berkembang dikota Gandhara, yang ditandai dengan gaya campuran antara India asli dengan pengaruh Greko-Romawi. Salah satu cirinya adalah patung-patung Budha yang digambarkan dalam posisi dan dengan mengenakan pakaian kerajaan Romawi kuno. Patung-patung tersebut murni bergaya Helena, berwajah Yunani agak India, dengan mengenakan jubah biku yang bergaya Klasik Romawi. Kecendrungan semacam ini terjadi karena Budha mulai dipandang sebahgai Dewa.

Terdapat dua aliran besar yang dikenal dari periode Kushan, yaitu Gandhara dan Mathura. Kedua aliran ini terutama bisa ditelusuri dari karya seni patung. Gaya Gandhara banyak mendapat pengaruh hellenisme. Hal ini bisa dilihat dengan mudah dari ciri lipatan kain yang teliti dan sikap tubuh yang luwes. Sementara gaya Mathura, walaupun selanjutnya juga mendapat pengaruh yang sama hingga akhirnya berkembang menjadi Gaya Ghupta, tetapi berangkat dari titik tolak seni rupa asli India, yang bisa ditelusuri dalam karya seni rupa Mahenjo Daro-Harappa.
Tetapi realisme di dalam gaya gandhara tidak bisa dijadikan patokan ciri seni rupa Kerajaan Kushan, mengingat ciri ini sudah ada jauh sebelumnya sebagai akibat penguasaan oleh Alexander Agung. Gaya Mathura berkembang lebih lanjut, sebagai akibat posisinya sebagai salah satu ibukota dari Kerajaan Kushan. Karya seni pada periode ini dipengaruhi oleh kelahiran agama Kristen di Eropa. Buddha di India berubah dari Hinayana menjadi Mahayana yang bersifat luas, massal, dan humanistis. Akibatnya mudah sekali menemukan arsitektur tempat ibadah yang menekankan ibadah bersama daripada usaha pribadi menuju nirvana. Sebagai bukti lain, banyak sekali patung dewa-dewi dan dikenalkannya konsep Boddhisattva, individu yang baru mencapai tahap paling akhir sebelum Buddha.
Walaupun umumnya patung Gandhara bersifat humanis, namun beberapa patung dibuat dengan ukuran raksasa seperti patung Buddha di Bamiyan, Afghanistan yang memiliki tinggi 53 meter. Patung ini kini telah hancur akibat kebijakan iconoclaust yang diambil pemerintah Taliban, Afghanistan di masa lalu. Contoh bentuk humanis adalah patung Athena dari Gandhara setinggi 83 cm, mendekati postur manusia asli. Gaya Mathura berciri sebaliknya, penuh dengan stilasi dengan ukuran tubuh kecil. Patung-patung ini banyak mewujudkan Yaksha dan Yakshi, roh spriritual dalam ajaran Buddha. Contohnya adalah patung-patung penguasa Kushan, antara lain Jayavarman dan Kanishka. Dekatnya pengaruh seni rupa Kushan, dan kebanyakan seni rupa Buddha lainnya menyebabkan timbul klasifikasi gaya Greko-Buddha dalam perkembangan sejarah seni rupa India.
Gaya seni pahat klasik India berkembang dikalangan rakyat, yang mula-mula menyembah Yaksha, Naga, Jiwa pohon-pohon, Mother Goddess, lingga dan yoni dan sebagainya. Ketika mereka memuja Budha, maka mereka mewujudkannya dalam bentuk patung, yang digambarkan dalam gaya tersendiri. Wajah menuinjukkan gambaran bijaksana, air muka tenang, rambut keriting, telinga lebar, mata menatap kebawah, ada tonjolan diantara dua mata ushnisa, dan tanda nasib pada telapak tangan dan kaki. Dia didudukkan dalam posisi dan sikap seorang yoga yang sedang bertapa, diatas sekuntum teratai atau tahta manikam.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bawasannya Kerajaan Kushan merupakan Kerajaan yang bercorak Budha yang berada di India Utara. Pada mulanya Kushan merupakan suku bangsa yang berasal dari Tiongkok. Kemudian seiring berjalannya waktu suku bangsa tersebut melebur menjadi satu membentuk kerajaan yang bernama Kushan dengan Rajanya yang pertamka adalah Kadphises I. Kemudian Rajanya yang terkenal adalah Raja Kanishka yang memerintah dari tahun 120-162 M. Pada masa Raja Kanishka inilah terjadi muktamar agama Budha yang berlangsung selama enam bulan di wilayah Kashmir.
Pada kerajaan Kushan ini telah berkembang kesenian yang beraliran gandhara. Aliran Gandhara dikenakan bagi aliran kesenian, terutama seni patung, yang berkembang dikota Gandhara, yang ditandai dengan gaya campuran antara India asli dengan pengaruh Greko-Romawi. Salah satu cirinya adalah patung-patung Budha yang digambarkan dalam posisi dan dengan mengenakan pakaian kerajaan Romawi kuno.
3.2 Kritik dan Saran
Penulisan makalah yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Kushan ini masih jauh dari sempurna. Kami dari kelompok 7 mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada penyusunan berikutnya semakin baik. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


DAFTAR RUJUKAN

Su’ud, Abu. 1988. Memahami sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan ( Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam ). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Perkembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Su’ud, Abu. 2006. Asia Selatan. Semarang: UNNES.

Kayana, Dewi. ---. Zaman Andhara, Parthi dan Kushan. (Online), (www.budhakkhetta.com) diakses 1 November 2010.

Kuzunqalam. 2009. Alexander III The Great Leluhur Penguasa Sriwijaya, (Online), (www. Kanzunqalam.blogspot.com) diakses 1 November 2010.

-------.2010. Seni Rupa Kerajaan Kushan, (Online), (www.wikipedia.org) diakses 1 November 2010.
-------.2009. Kerajaan Besar Yang Kurang Terkenal, (Online), (www.kaskus.us) diakses 1 November 2010.







2 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post