BUDI UTOMO (20 MEI 1908)


BUDI UTOMO (20 MEI 1908)
Oleh :
Drs. Ktut Sudiri Panyarikan, S.H.
Dalam Buku :
SEJARAH INDONESIA BARU DARI PERGERAKAN NASIONAL SAMPAI DEKRIT PRESIDEN, IKIP Malang, 1993; 20-23



a.      Latar Belakang
Pada tanggal 20 Mei 1908 dengan mengambil tempat di gedung STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) Batavia, setelah jaman Jepang nama Batavia diganti dengan nama Jakarta, didirikan suatu organisasi modern yang bernama Budi Utomo. Organisasi itu didirikan oleh para murid Stovia dibawah pimpinan R. Soetomo. Pendirian organisasi baru ini sebenarnya untuk merealisasikan cita-cita Dokter Wahidin Sudiro Hoesodo, yang ingin mendirikan "Studie Fonds" (dana belajar). Dana belajar ini disediakan bagi kepentingan anak-anak Jawa yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya karena kekurangan biaya. Dengan demikian, beberapa orang murid Stovia seperti R. Soetomo, R. Goenawan, dan Soeradji mengambil inisiatif memperluas cita-cita Dokter Wahidin Soediro Hoesodo dengan mendirikan Budi Utomo.
Sebenarnya murid-murid Stovia tadi lebih tertarik kepada Pribadi Dokter Wahidin yang sederhana, berwibawa, penuh gairah hidup daripada cita-cita yang dibawakannya. Hal ini dituturkan oleh R. Soetomo, sebagai berikut "Pertemuan dengan Dokter Wahidin Soediro Hoesodo, dengan wajahnya yang tenang, pembawaannya yang bijak serta lagu bicaranya serta keyakinanya dalam menguatkan cita-citanya member kesan yang mendalam dalam diri saya. Suaranya yang merdu dan sareh (sabar) itu membuka pikiran serta jiwa saya, dan memberikan pula kepada saya cita-cita yang baru, suatu dunia baru yang nampaknya akan mengobati luka hati saya. Berbicara dengan Dokter Wahidin, mendengarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan,…. Menghilangkan perasaan-perasaan sempit serta tujuan-tujuan yang terbatas terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi saya sendiri. Orang menjadi pribadi yang lain, orang merasa dirinya bergerak, bergetar seluruh daging dan tulang-tlangnya, pemandangan seseorang jadi meluas, perasaannya diperhalus, tujuan-tjuan menjadi bagus…. Pendek kata, orang merasakan kewajibannya yang tinggi di dunia".

b.      Tujuan Budi Utomo
Tujuan Budiutomo sebagaimana disebutkan dalam anggaran dasarnya adalah seperti berikut :
-          Mengadakan Studie fonds untuk menolong anak-anak bumiputera di tanah Jawa yang hendak melanjutkan belajar, akan tetapi tidak mempunyai biaya.
-          Mengusahakan agar supaya Bumiputera di Tanah Jawa mengetahui adat istiadatnya.
Bertolak dari tujuan ini, jelas Budi Utomo mengembangkan nasionalisme yang masih terbatas di Jawa dan Madura saja. Kemudian dalam perkembangan selanjtnya meliputi pulau-pula Bali dan Lombok.

c.       Keanggotaan Budi Utomo
Keanggotaan Budi Utomo pada mulanya terbatas pada penduduk bumiputera di tanah Jawa dan Madura. Mereka yang telah ditetapkan sebagai anggota oleh pengurus dikenakan uang iuran setiap bulan atau setiap tahun. Kemudian keanggotaan Budi Utomo ini diperluas bagi penduduk bumiputera di luar Jawa, akan tetapi bagi mereka ini tidak dibenarkan dipilih menjadi anggota pengurus pusat Budi Utomo. Anggota-anggota Budiotomo terdiri dari para bangsawan rendahan, pegawai negeri, para pelajar yang meliputi 40 cabang dengan 10.000 orang anggota pada akhir 1909. Dengan susunan keanggotaan seperti ini, jelaslah bahwa watak Budi Utomo bersifat local dan Moderat.

d.      Kongres Budi Utomo di Yogyakarta
Pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan Kongresnya di Yogyakarta. Kongres ini dihadiri oleh cabang-cabang Budi Utomo. Adapun cabang-cabang itu adalah Batavia, Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Tujuan kongres adalah untk merealisasikan konsep gagasan untuk membentuk sebuah organisasi umum di kalangan pendidikan bumiputera. Penganjur diadakannya Kongresini adalah Budi Utomo cabangBatavia. Oleh sebab itu segera diadakan hubngan dengan priyayi-priyayi atasan dan pe;ajar-pelajar yang maju di seluruh Jawa dan ditekankan pentingnya persatuan.
Kongres Budi Utomo di Yogyakarta ini merupakan Kongres Bangsa Indonesia yang pertama. Kongres ini dibuka oleh Dokter Wahidin Soediro Husodo dan dihadiri oleh kurang lebih 300 orang, diantaranya 20 orang wanita Jawa.
Dalam Kongres ini berhasil disusun pengrus Budi Utomo. Adapun pengurus Budi Utomo hasil kongres adalah sebagai berikut :
1.      Raden Tumenggung Aryo Tirtokoesoemo, Bupati Karanganyar sebagai ketua.
2.      Wahidin Sudiro Husodo, seorang Dokter Jawa di Yogyakarta sebagai wakil ketua.
3.      Mas Ngabei Dwidjosewujo, seorang guru di Yogyakarta sebagai sekertaris satu.
4.      Raden Sosrosoegondo, seorang guru di Yogyakarta sebagai sekertaris dua.
5.      Raden Mas Pandji Gindoatmodjo, seorang bekas letnan legion Pakualam di Yogyakarta sebagai Bendahara.
6.      Raden Mas Aryo Soerjodipoetro, seorang Jaksa Kepala di Bondowoso, Raden Mas PandjiGondosoenarjo seorang Jaksa di Srabaya, Raden Djojosoebroto seorang Jaksa di Garut, dan Tjipto Mangoen Koesoemo seorang Dokter di Demak sebagai komisaris.
Dalam anggaran dasar Budi Utomo itu ditetapkan tempat, kedudukanorganisasi ini adalah Yogyakarta, kota pedalaman pusat kebudayaan Jawa; kaum bangsawan Yogyakarta (Pakualaman) mendukung Budi Utomo.
Dengan tersusunnya pengurus Budi Utomo yang baru ini, berarti bahwa tokoh-tokoh pendiri yang terdiri dari para pemuda mundur ke belakang. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Kahin bahwa golongan muda harus mendorong motor bergerak kedepan; golongan muda harus menjadi pengemudi dengan tangannya yang tangkas, tahu bagaimana menghindari bahaya batu karang dalam membawa perahunya menuju pelabuhan dengan selamat.

e.       Tokoh Budi Utomo
Tokoh Budi Utomo yang dikemukakan disini ialah Doktor dokter R. Soetomo (1888-1938).
1.      Tempat dan tanggal lahir Desa Ngepeh, Nganjuk Jawa Timur, 30 Juli 1988.
2.      Kakek dari garis Ibunya adalah seorang kepala desa yang hanya dan sejak awalnya bekerja di Binnenlandsch Bestuur (Administrasi territorial pribumi).
3.      Ayahnya seorang guru yang berwibawa dan seorang administrator yang menanjak naik ke tingkat wedana, yang pada waktu itu merupakan tingkat birokratis yang paling tinggi yang bisa dicapai oleh seorang anak Jawa yang bukan keluarga Bupati. Nama Ayahnya adalah R.Soewadji.
4.      Pendidikan :
-       Europeesche Lagere School (Sekolah Dasar berbahasa Belanda untuk anak-anak bangsa Eropa) di Bangil (1894-1903).
-       School tot Opleiding van indische Artsen (Stovia) di Batavia (1903-1911).
-       Memperdalam bidang kedokteran di Negeri Belanda, Jerman Barat dengan mencapai gelar Doktor (1919-1923).
5.      Pekerjaan :
Setelah Tamat dari Stovia, sebagai Dokter, beliau bekerja pada pemerintah Belanda di berbagai rumahsakit di Jawa dan Sumatera, misalnya Semarang, Tuban, Malang, Blora, Lubuk Pakam (Sumatera Timur). Ketika bertugas di Blora, beliau menemukan jodohnya seorang perawat wanita Belanda dan menikahinya pada tahun 1917.
6.      Tugas Organisasi :
-       Bersama-sama pelajar Stovia lainnya antara lain Goenawan Mangoenkoesoemo, Suradji, Moehammad Saleh, R.M. Goembreg mendirikan Budi Utomo.
-       Pendiri Indonesische Stoedie Club Surabaya, 1924. Pada waktu itu Dokter Soetomo duduk dalam "Gemeenteraad Surabaya" (Semacam DRRD Kolonial)
-       Pendiri dan Ketua Partij Indonesia Raya (PARINDRA).
Pada tanggal 30 Mei 1938 DR. R. Soetomo wafat dan dimakamkan di Surabaya.


1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post