GAPURA BAJANG RATU


Mengutif dari buku Drs I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe “paduraksa” yaitu gapura yang memiliki atap. Secara keseluruhan candi ini terbuat dari Batu Bata Merah, kecuali lantai tangga serta ambang pintu yang dibuat dari batu andesit. Bangunan ini berukuran panjang 11,5 m dan lebar 10,5 m, tingginya 16,5 m dan lebar lorong pintu masuk 1,4 m.

Sejenak bila kita melihat candi ini, secara vertikal dapat dibagi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. Selain itu gapura mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada bagian kaki gapura ada hiasan yang mengambarkan cerita “Sri Tanjung”, di bagian tubuh diatas ambang pintu ada hiasan kala dengan hiasan sulur suluran, dan bagian atapnya terdapat hiasan berupa kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan reliaef bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi relief sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.

Candi Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara pada tahun Saka 1250 atau tahun 1328 Masehi. Bajangratu sendiri dalam bahasa jawa kuno berarti kecil, naik tahta menjadi raja waktu masih kecil, dan konon itu terjadi pada Raja Jayanegara.








[navigasi.net] Budaya - Candi Bajangratu
Pemandangan dari arah areal parkir kendaraan


Pendirian Candi Bajangratu sendiri tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief yang terdapat di bangunan, diperkirakan candi ini dibangun pada abad 13 – 14, dan selesai dipugar pada tahun 1992.

Lokasi berdirinya Candi Bajangratu ini letaknya relatif jauh (2 km) dari dari pusat kanal perairan Majapahit di sebelah timur,saat ini berada di dusun Kraton, desa Temon 0,7 km dekat dari candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol, yakni dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yg langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit, menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.

Keberadaan candi ini juga tak lepas dari sebuah kepercayaan yang masih melekat dibenak masyarakat setempat. Adalah suatu pamali bagi seorang pejabat pemerintahan untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajangratu ini, karena dipercayai hal tersebut bisa memberikan nasib buruk. Boleh percaya atau tidak, namun mungkin ada baiknya untuk dicoba

1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post